Tuesday, December 21, 2010

Railfans Indonesia

game simulator krl :
http://www.realrailway.com/en/enoshima/simulator48.html

game openbve Indonesia : 
http://openbve-indonesia.yolasite.com/services.php





Profil Kereta Api Di Indonesia :





Lokomotif D300

Lokomotif D 300 adalah lokomotif diesel hidrolik buatan pabrik Fried Krupp, Jerman. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1968.
Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 340 HP. Lokomotif ini biasa digunakan untuk langsir kereta penumpang ataupun kereta barang. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum yaitu 50 km/jam. Lokomotif ini bergandar D', artinya lokomotif ini memiliki empat gandar penggerak.
Lokomotif ini terdapat di dipo lokomotif Cepu dan dipo lokomotif Cilacap

Lokomotif C300

Lokomotif C 300 adalah lokomotif diesel hidrolik buatan pabrik Karl Marx, Jerman. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1957.
Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 330 HP. Lokomotif ini biasa digunakan untuk langsir kereta penumpang ataupun kereta barang. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum yaitu 30 km/jam. Lokomotif ini bergandar C', artinya lokomotif ini memiliki tiga gandar penggerak.
Lokomotif ini terdapat di dipo lokomotif Tanah Abang dalam kondisi diusulkan untuk diafkir. Sementara loko C 300-11 masih digunakan sesekali untuk menarik gerbong kereta wisata di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah.

Lokomotif CC202

Lokomotif CC 202 adalah lokomotif buatan General Motors, Kanada. Lokomotif CC202 adalah lokomotif terberat di Indonesia yaitu 108 ton. Lokomotif ini mempunyai spesifikasi teknik dan karakteristik khusus untuk menarik kereta api barang. Armada lokomotif ini hanya terdapat di Sumatra Selatan untuk melayani kereta api pengangkut batu bara. Lokomotif ini berjumlah 39 buah dan berada di Dipo Lokomotif Tanjung Karang (Dipo Induk TNK). Pada bulan April, dipo ini kedatangan 9 buah lokomotif CC202, dan total menjadi 48 buah.
Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 2250 HP dengan susunan gandar lokomotif ini adalah Co' Co'. Artinya, lokomotif ini memiliki dua bogie dimana setiap bogienya memiliki tiga poros penggerak..

Lokomotif CC205

CC205 adalah nama lokomotif prototye (purwarupa) terbaru milik Indonesia dan akan segera dirakit oleh PT KAI.Loko ini dialokasikan untuk Divre 3 Sulawesi Selatan.Loko ini sebenarnya mirip dengan sebuah Lokomotif Seri BB. Lokomotif ini mampu membawa 18 gerbong Batu bara Full load (1 gerbong = 30 ton).




Lokomotif CC203

Lokomotif CC 203 buatan General Electric seri U20C merupakan pengembangan desain dari lokomotif CC201, yaitu pada bentuk kabin masinis ujung pendek yang aerodinamis, serta diperlebar untuk kenyamanan dan mengurangi penumpang liar.
Lokomotif ini bergandar Co'Co'. Artinya adalah lokomotif dengan dua bogie, dimana setiap bogie mempunyai tiga poros penggerak yang masing-masing degerakkan oleh motor tersendiri.
Yang membedakan adalah lokomotif CC203 menggunakan motor diesel dengan dua tingkat turbocharger sehingga dayanya 2150 HP.
Jumlah lokomotif ini adalah 38 buah di Jawa dan 4 buah di Sumatera Selatan. Lokomotif ini terdapat di :
  • Dipo Lokomotif Jatinegara
  • Dipo Lokomotif Bandung
  • Dipo Lokomotif Cirebon
  • Dipo Lokomotif Semarang Poncol
  • Dipo Lokomotif Yogyakarta
  • Dipo Lokomotif Sidotopo Surabaya
  • Dipo Lokomotif Tanjung Karang (lokomotif disini bernomor CC20331-CC20334,berwarna hijau dan milik PT.TEL)

Lokomotif CC204

Lokomotif CC 204 adalah salah satu jenis lokomotif yang dibuat khusus di Indonesia, yaitu hasil kerjasama antara PT General Electric Lokomotif Indonesia dan Industri Kereta Api Madiun (INKA). Lokomotif ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu CC204 produksi pertama yang bentuknya seperti CC201, dan CC204 produksi kedua yang bentuknya seperti CC203.
Keduanya sama-sama bergandar Co'Co'. Artinya adalah lokomotif dengan dua bogie, dimana setiap bogie mempunyai tiga poros penggerak yang masing-masing degerakkan oleh motor tersendiri. Lokomotif ini adalah lokomotif tercanggih di Indonesia saat ini, loko ini mempunyai komponen komputer Brighstar SiriusTm; yang dikembangkan oleh General Electric USA sehingga lokomotif jenis ini mampu memitigasi kerusakan sekitar 45 menit sebelum kerusakan itu terjadi. Mayoritas loko ini terletak di dipo lokomotif Bandung (BD). Lokomotif CC204 08-seterusnya dibeli oleh PT. KAI senilai Rp 2.000.000.000. Lokomotif ini memiliki daya tarik yang relatif kuat, jika loko lain hanya mampu menarik 8-10 rangkaian saja pada tanjakan, namun, loko ini mampu menarik hingga 15 gerbong. Kecepatan maksimal lokomotif ini 120 km/jam.

Kecuali CC204 08 & CC204 09, salah satu poin untuk membedakan loko ini dengan CC201/CC203, yaitu tidak adanya logo Departemen Perhubungan di bagian depan loko ini saat kondisi short hood (hidung pendek).





2.Kereta Rel Listrik (KRL)

1.KRLI (INKA)

KRLI dibuat tahun 2000, sebagai hasil produk PT Inka yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, tidak banyak KRLI yang digunakan. Pada masa pendesain, KRL ini disebut sebagai KRL Prajayana. KRLI yang digunakan oleh PTKA pada awalnya terdiri dari 2 rangkaian, masing-masing dengan empat gerbong. Namun, KRLI generasi pertama (yang menggunakan warna oranye) dikembalikan lagi ke INKA oleh PTKA akibat sering mogok dan bermasalah. Kini, KRLI yang digunakan adalah KRL dengan warna hijau-ungu dan biru.

2. KRL eks JR East seri 103

KRL eks East Japan Railway Company seri 103 didatangkan pada 2004. KRL seri 103 ini adalah salah satu rangkaian yang mulanya digunakan untuk layanan Bojonggede Ekspres dan Depok Ekspres. Akibat bertambahnya penumpang, KRL ini pun diganti dengan rangkaian lain yang memiliki 8 kereta.
KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 gerbong (1 set), dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek. KRL ini berada di bawah alokasi depo Depok, dan dioperasikan untuk layanan Ekonomi AC Depok dengan formasi 2 set (2 rangkaian x 4 kereta).
Unit yang masuk ke Indonesia sebanyak 4 set, masing-masing dengan 4 gerbong. Rincian:
  • 103-815F (103-815,103-752,102-2009,103-822)
  • 103-105F (103-105,102-231,103-246,103-359)
  • 103-597F (103-597,103-654,102-810,103-632)
  • 103-153F (103-153,102-321,103-210,103-384)

 

 

3. KRL Hitachi (Jepang - Indonesia)


KRL ini dibuat pada tahun 1997 di PT INKA bekerjasama dengan Hitachi, dibuat sebanyak 64 unit (8 set) berteknologi VVVF. Kereta ini memiliki ciri yang khas yaitu ketika mulai bergerak sangat halus dan tidak menyentak.[4] Jenis KRL ini adalah yang digunakan untuk Pakuan Ekspres kelas bisnis sampai akhirnya turun tingkat ketika era Tōei seri 6000 datang dari Jepang.

 

4. KRL Ekonomi Rheostatik (seri KL3)

Sebagian besar rangkaian yang digunakan adalah buatan Jepang dari tahun 1976 sampai tahun 1987 dengan teknologi rheostat. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi dan Kawasaki dari Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi[2]. Untuk KRL rheostat buatan pabrik Nippon Sharyo tahun 1987, rangkaian ini dulunya melayani rangkaian Pakuan Ekspres tahun 90-an. Setelah KRL Hibah (Tōei seri 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostat yang datang pada tahun 1986-1987, bodinya sudah stainless steel dan merupakan KRL AC pertama di Indonesia. Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976[3], kereta ini sudah dicat ulang beberapa kali dari warna lamanya. Semula berwarna merah polos dengan 'wajah' kuning terang, kemudian putih-hijau.  KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu KRL ini menurun kondisinya menjadi seperti sekarang ini.
Mulai 2010, KRL ini menggunakan skema warna putih dengan garis oranye di tengah. Pada 2009, juga telah dioperasikan KRL dengan modifikasi kabin, yang bernama "Djoko Lelono"

5. KRL Ekonomi Holec

KRL Holec adalah unit KRL ekonomi termuda yang masih digunakan[1] (meski tidak sebanyak dulu). KRL ini dibuat oleh Belanda dan melayani rute Ekonomi. Dari seluruh rangkaian ekonomi yang ada, KRL Holec tergolong paling sulit dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari (pabriknya sendiri sudah lama tutup), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena kelebihan beban. Sehingga banyak KRL eks Holec yang rusak, dijadikan KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) yang dioperasikan di beberapa kota di luar Jakarta. "Rekondisi" KRL Holec adalah KRDE yang dioperasikan di rute Yogyakarta-Solo (Prameks), dan Padalarang-Cicalengka (Baraya Geulis).